28 October 2010

Tak Terduga

Hari Lebaran pertama (H+1), aku dan keluargaku berangkat ke rumah saudara-saudaraku yang ada di Geneng dan sekitarnya (nama daerah di kota Ngawi). Tak lupa, paginya sebelum berangkat, tempat makan kucingku kupenuhi nasi dan ikan asin panggang (Aneh, si Menos, kucingku itu tidak mau makan ikan asin goreng, maunya ikan asin panggang).

Dan sebelum berangkat juga, kusempatkan untuk berfoto keluarga. I like this! Dan akulah photografer-nya (baca: tukang poto). Waktu aku mencoba foto buat di-timer, eh, si menos malah ikut nongol foto. Hahaha... kucingku ini memang menyenangkan. Selalu ikut-ikut saja.

Kemudian, sekitar jam 9 aku berangkat. 5 orang 3 motor. Aku dan keluargaku bersilahturahmi ke sana kemari, terutama yang lebih tua dari orang tuaku. Waktu itu, habis maghrib, aku dan keluarga tiba di tujuan silahturahmi terakhir - di rumah budeku. Kami melaksanakan sholat maghrib dan makan malam di sana. Cukup menu mie rebus yang kubuat bersama sepupuku yang cocok buat suasana hujan, seperti waktu itu. Sampai jam 8, hujan pun belum reda. Dan aku sudah agak lelah dan bingung juga mau ngapain, akhirnya aku online FB lewat HP-ku. 

Reaksiku setelah melihat FB, tak seperti biasanya. Di Beranda, banyak yang menulis status tentang Ngawi. Intinya mereka banyak yang menulis tentang Bis SK (Sumber Kencono) menabrak orang di Klitik dan langsung meninggal dan akhirnya bis itu di bakar.

Untuk mengetahui kebenarannya, aku SMS teman PMR-ku yang jaga posko mudik di depan sekolahku. Dan ternyata memang benar. Sampai-sampai ada yang bilang kalau Klitik jadi pasar malem dadakan. Dan jalan disekitarnya, denger-denger juga sangat macet (bener nggak?).

Hal ini, semakin membuatku penasaran dan ingin cepat pulang saja. Pengen tau, kejadiannya kayak gimana. Namun, sampai jam 9, hujan masih bergemericik. Akhirnya kami nekat pulang saja. Kalau menginap, kasihan si menos.

Dalam perjalanan pulang, entah kenapa perasaanku menjadi tidak enak. Mungkin karena setelah mendengar kabar tentang bis SK itu atau tidak. Memang suasana perjalan pulang begitu hening. Selain melewati jalanan desa yang sepi dan gelap, tetesan air hujan juga menemani perjalanan pulang waktu itu. Perasaanku semakin terasa. Terngiang bakal ada musibah. Astaghfirullaah, semoga saja perasaanku ini tidak benar.

Di daerah Klitik, suasana juga sudah sepi. Namun masih ada garis polisi dan bekas pembakaran. Dan setelah 20 menit-an, Alhamdulillah, kami sudah sampai di rumah.

"Grek..!!" kubuka pintu rumah. Gelap. namun disambut langsung degan suara yang tidak asing lagi bagi kami.

"Meong...meong..." Langsung ku angkat si Menos yang gemuk dan lucu ini. Lalu, kulihat tempat makannya. sudah habis ternyata. Langsung saja kuambilkan lagi. 

"meong..." begitu sambil menyantap makannya dengan senang. Malam itu, karena aku sangat lelah, setelah sholat Isya' aku langsung tidur. 

Aku bangun seperti biasanya. Meskipun, perasaan tidak enak itu berkurang, namun masih ada. Lalu setelah sholat subuh, aku istirahat sebentar dan ke dapur bersama ibu. Dan ternyata, telur buat masak habis. Akhirnya aku beli telur ke toko sebelah. Aku keluar rumah langsung dan untuk sampai ke toko, aku melewati pertigaan dan sedikit jalan raya. Ketika aku melewati pertigaan..

"Deg..!" aku benar-benar kaget dan... apalah, aku sulit menulis maksud keadaanku waktu itu. Aku melihat kucing gemuk terkapar di pinggir jalan degan kepala yang sudah berlumuran darah.

"Apakah itu kucingku..?" Aku kembali melihat. Dan ternyata iya. Aku semakin yakin ketika melihat pita kalung birunya yang sudah ada cipratan darahnya. Aku bingung. Apakah aku kembali dulu? tapi aku tidak tega untuk membawa si menos yang sudah kaku. Akhirnya kuputuskan untuk beli telur dulu. Gugup. Ah, Aku salah ngomong. Mau beli telur setengah, bilang sekilo. Untung aku langsung menyadari.

Setelah membayar, aku langsung berlari pulang, masuk kerumah dan langsung ke dapur.

"Ibu....." entah kenapa aku meneteskan air mata. Biasanya, selama aku memiliki kucing berkali-kali, kalau mati aku nggak pernah menangis.

"Opo Ya.. (Apa maya?)" kontan saja, ibu ku juga kaget.

Aku sulit menjawab,"Menos bu..."

"kucing'e nyapo? (kucingnya mengapa?)"

"Ditabrak dan mati kaku di pinggir jalan" aku menjelaskan dengan rumit dan langsung keluar.

Sebelumnya, kupanggil bapakku, untuk segera menguburkan.

Dan ternyata, Perasaanku kemarin benar. Ternyata kucingku ditabrak SK (bukan nama bis, tapi Sak Karepe). Dan simenos itulah, salah satu kucing yang paling berbeda dari yang pernah kumiliki. Sejak dulu, jika ku punya kucing, selalu hitam putih, namun si Menos ini warnya orange-putih. Lalu, meskipun umurnya baru 6 bulan, badannya sudah gemuk dan lucu. Terus, si Menos itu, nggak pernah pip dan pup di rumah. Entah malam, pagi atau kapanpum si menos selalu minta keluar. Biasanya kalau pintu rumah ditutup, kucingku mengeong terus tanpa henti di dekat pintu. Terus ada lagi, si menos itu, kucing yang paling pinter dan njowo. Makanya, mungkin karena hal itulah, aku bisa menangis.

Dan setelah mengubur, bapakku bercerita. 
"Padahal tadi waktu subuh, menosmu minta keluar dibukain pintu tapi setelah mau menuju pasiran, menosmu itu kembali ke kaki bapak dan manja banget. Lalu baru ke pasiran lagi buat 'biasanya' kalau kucing di pasiran. Mungkin, menosmu itu, punya firasat kayak manusia. Perpisahan dulu sama bapak."

Hm... Menoos,,, :')

Mungkin, buat pecinta kucing, ini ada beberapa foto kucingku si Menos.
dulu pitanya orange 

menos dengan pita biru-nya :')
back-to-top
Berteman