Hampir lima tahun terakhir ini, aku benar-benar merasakan heran tentang 'satu tanggapan' dari banyak siswa/i dan mahasiswa/i yang pernah aku temui atau hanya sekedar mendengarnya. Sebagian dari mereka sepertinya menganggap bahwa menyontek itu adalah hal yang sangat wajar. Dan bahkan ada yang pernah mengatakan ini dengan enteng-nya ketika akan melakukan ujian/kuis yang menurut sebagian besar orang sulit.
Ya, tapi memang namanya juga manusia. Tak luput dari salah, termasuk aku. Jujur saja, aku dulu pernah melakukan 'ini' dalam beberapa waktu. Namun, karena aku orang yang nggak gampang puas, sering kali aku mengecek atau mencocokkan dengan jawabaku sendiri terlebih dahulu dan berusaha untuk tidak tanya atau mengalihkan pandangan ketika ada teman yang menoleh ke aku untuk mengurangi hal 'ini'. Aku melakukan hal 'ini' karena waktu itu (aku rasa), aku belum bisa kuat berpendirian (belum bisa tegas - sekarang juga belum begitu) dan masih mudah terpengaruh. Sehingga, jika dulu ada teman yang ngajak untuk bekerja sama, rasanya susah buat nolak (takut ini - takut itu).
Dan sampai pada akhirnya, ketika akan melakukan tes masuk SMA. Bismillaah, saya tegaskan pada diri aku sendiri, "mulai waktu ini, Maya harus kuat berpendirian, nggak boleh nyontek, dan utamakan kejujuran dan kepuasan."
Sejak itu pula, ketika diterimanya di SMAN 2 Ngawi sebelum pengumuman UAN, semakin kuat untuk menjada prinsip ini. Siap menolak dan mengatakan tidak jika ada teman yang mengajak untuk melakukan hal 'ini'. Dan aku malah bisa mencapai beberapa hal yang aku inginkan di SMA (ya, meskipun belum 100%) dengan kepuasan tersendiri, dan kalau istilahnya sekarang lebih greget! Namun, juga yang namanya hidup. Ada saja rintangan atau halangan saat berusaha melakukan kebaikan.
Oke, daripada aku bercerita dari waktu ke waktu tentang hal 'ini', di entri ini aku ingin menyimpulkan pernyataan dan pertanyaan yang pernah aku dengar.
Kebanyakan yang pintar-pintar itu egois.
Dikatain pintar ? Aamiin...
Tapi sebenarnya kita ini sama saja kok. Aku dulu saat pernah melakukan hal 'ini', malah nggak pernah dapat juara. Yang ada malah merasa nggak puas sama sekali (kasar : menyesal) di kemudian hari. Hayoo yang udah mau lepas dari embel-embel siswa/i tapi masih melakukan hal 'ini', entar nyeseknya numpuk lho. Kan bisa nggak nya kita mengerjakan sesuatu itu salah satunya bergantung pada usaha kita. Kalau mau hasil yang maksimal, ya usahanya juga maksimal.
'Peh' bisa sendiri aja gak mau bantu temannya.
Nggak mau bantu?
Justru kita pengen bantu, teman. Kalau mau melakukan hal 'ini' kan malah menjerumuskan. Secara tidak langsung hal 'ini' akan mengajarkan untuk tidak mandiri, kebergantungan, ketidakjujuran, ketidakpuasan, dan masih banyak lainnya. Ditambah dengan 'malaikat ada disamping kanan kiri kita' dan 'Allah Maha melihat'. :)
Kalau ada yang ngajak,"Mohon kerjasamanya ya, pas ujian nanti" atau "Ntar kita contekan ya.."
Maaf, aku nggak bisa. Aku lebih puas sama hasil sendiri. Kalaupun terpaksa dapat jelek pun, itu tetep hasil sendiri namun tetep ada kepuasan. Kalau kamu tanyanya sekarang (sebelum mulai ujian) nggak apa-apa banget. Kalau aku bisa ya aku jawab, kalau nggak ya udah emang bisa ku segitu aja. (versi Maya)
Ketika ada yang menanggapi,"Halah, tinggal nyontek aja - gampang !"
Miris dengernya :( Biasanya kalimat itu muncul ketika ada kuis dadakan. Dan biasanya aku hanya menjawab, "Ya kalau bisa ngerjain sendiri lah. Sebisanya aja. Kalau mentok, soalnya dilogika aja. Yang penting ngumpulin. (versi Maya)
Ketika ujian, teman samping kita mengingatkan atau memberi contekan secara cuma-cuma (tanpa dipinta) karena melihat jawaban kita yang ia nilai salah atau melihat kita yang masih kebingungan saat mengerjakan ujian.
Nah ini! Ini itu terlalu baik atau terlalu apa, nggak tau deh. Dan termasuk imingan yang cukup berat lho (tergantung kemampuan kita saat ngerjain soal waktu itu juga sih). Kalau aku gini, aku berusaha cuek dan nggak ngeliat. Atau sibuk mikir jawaban kita sendiri aja.
" 'Mbok yo' si X dicontekin ta? Kasihan kan, dia nggak bisa 'mata pelajaran' itu."
Kalau belajar bareng sebelum ujian sih monggo, kalau aku bisa oke-oke aja.
[Aku heran, si X aja malah diem dan tau kalau aku nggak bisa melakukan hal 'ini'.]
[^itu waktu SMA sih, kalau sekarang.mah orang-orang yang lebih hebat lebih buanyaaak banget. Kalau dulu pas SMA aja orang hebatnya udah banyak, apalagi sekarang]
Oke, mungkin segitu aja yang bisa aku rangkum. Semoga semakin bertambah orang-orang yang menyadari betapa penting dan luarbiasanya kejujuran itu.
Emm, terkadang merasa miris (atau apa istilahnya) juga ketika melihat orang yang 'belum melakukan kejujuran' tapi malah mendapat nilai yang lebih. Ah, jadi ingat SMS temanku pas mau UAN SMA,"Penilaian Allah jauh lebih baik dari penilaian manusia".
NB :
Tidak ada maksud untuk menyinggung sama sekali. Hanya ingin mengeluarkan uneg-uneg dengan tulisan dan ingin berbagi pengalaman yang pernah aku rasakan tentang kejujuran ini.
Kembali ke sifat manusia yang tak bisa luput dari kesalahan. Ingatkan aku jika aku salah. Dan kesalahan itu termasuk hal 'ini'.
Mari belajar JUJUR bersama-sama... \{^o^}/