Halo Mas Hafidz! Selamat datang di bumi ini yaa... Tunggu kedatangan bulikmu ini beberapa hari lagi, insyaAllaah. :")
Aaaaaaagh, rasanya masih antara percaya dan nggak percaya, kalau mas Dwi - Mas yang paling usil dan masih sering nakali saya sampai saat ini, sudah resmi menjadi seorang bapak. Saya pun sudah menjadi bulik untuk yang ketiga kalinya. Ah, cepat sekali perubahan lima tahun terakhir ini. :"
Iya, "perubahan lima tahun terakhir ini". Nyaris setiap tahunnya, jumlah anggota keluarga Bapak bertambah satu. Dan perubahan ini secara tidak langsung telah memberi saya beberapa materi kehidupan. "Materi-materi kehidupan" tersebut saya terima tepat ketika saya mulai memasuki dunia perkuliahan. Mulai dari materi 'belajar dewasa' sampai dengan materi 'mulai menjadi orang tua'.
Materi belajar dewasa. Dengan hadirnya mbak-mbak dan adek-adek, berubah menjadi lebih dewasa dan sadar kalau bukan yang 'paling kecil lagi' sepertinya sudah merupakan suatu keharusan saya. Bukan lagi suatu pilihan. Namun melakukan perubahan memang tak mudah, dan belajar juga memang tiada hentinya. Jadi tetap berusaha, waktu dan keadaan akan menjadi pelumasnya.
Materi momong bayi. Jujur, saya baru pertama kali melihat perkembangan bayi yi sampai menjadi anak-anak, ya baru waktu kuliah ini. Saat ponakan pertama hadir, dan kemudian disusul adiknya pada dua tahun kemudian. (Well, saya langsung belajar dengan dua bayi). Saya bisa melihat keseharian para bayi, melihat Mas dan Mbak mengurusi mereka, dan mulai mencoba dengan membantu momong, mulai belajar menggendong, ngeliling kalau nangis, dan lain sebagainya. Saya menjadi merasa beruntung dan bersyukur, karena telah diberi kesempatan untuk belajar dulu sebelum "momong beneran" - eh.
Materi mulai menjadi orang tua. Mulai menjadi orang tua baru sepertinya bukanlah hal yang sepele. Apalagi jika keduanya harus bekerja dari pagi sampai sore. Manajemen waktu yang baik dan 'pengorbanan' pun sepertinya sudah menjadi keharusan untuk dilakukan. Mempersiapkan segala persiapan diri dan adek-adek harus segera dilakukan pagi-pagi sekali. Jika ada pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah pun, terkadang harus menunggu adek-adek tertidur.
Hmm...
Dari tiga materi yang pengen saya tulis di atas tersebut, secara tidak langsung - setitik demi setitik telah "meracuni" saya untuk mulai berpikir tentang "masa depan". "Masa depan" yang mana harus benar-benar bisa memelihara ego. (Duh, ego... huhuhu menurutlah kau naak, bukan saya yang harus menurutimuu).
Layaknya seperti kuliah, materi-materi memang diberi, tetapi paham tidaknya? Ya, itu adalah jawaban juga untuk materi-materi kehidupan ini. Saya tidak tahu, sudah dapat paham atau belum. Rasa-rasanya masih kurang. Terus berusaha untuk belajar saja. Belajar dalam artian yang luas - bukan sekedar akademis.
Materi belajar dewasa. Dengan hadirnya mbak-mbak dan adek-adek, berubah menjadi lebih dewasa dan sadar kalau bukan yang 'paling kecil lagi' sepertinya sudah merupakan suatu keharusan saya. Bukan lagi suatu pilihan. Namun melakukan perubahan memang tak mudah, dan belajar juga memang tiada hentinya. Jadi tetap berusaha, waktu dan keadaan akan menjadi pelumasnya.
Materi momong bayi. Jujur, saya baru pertama kali melihat perkembangan bayi yi sampai menjadi anak-anak, ya baru waktu kuliah ini. Saat ponakan pertama hadir, dan kemudian disusul adiknya pada dua tahun kemudian. (Well, saya langsung belajar dengan dua bayi). Saya bisa melihat keseharian para bayi, melihat Mas dan Mbak mengurusi mereka, dan mulai mencoba dengan membantu momong, mulai belajar menggendong, ngeliling kalau nangis, dan lain sebagainya. Saya menjadi merasa beruntung dan bersyukur, karena telah diberi kesempatan untuk belajar dulu sebelum "momong beneran" - eh.
Materi mulai menjadi orang tua. Mulai menjadi orang tua baru sepertinya bukanlah hal yang sepele. Apalagi jika keduanya harus bekerja dari pagi sampai sore. Manajemen waktu yang baik dan 'pengorbanan' pun sepertinya sudah menjadi keharusan untuk dilakukan. Mempersiapkan segala persiapan diri dan adek-adek harus segera dilakukan pagi-pagi sekali. Jika ada pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah pun, terkadang harus menunggu adek-adek tertidur.
Hmm...
Dari tiga materi yang pengen saya tulis di atas tersebut, secara tidak langsung - setitik demi setitik telah "meracuni" saya untuk mulai berpikir tentang "masa depan". "Masa depan" yang mana harus benar-benar bisa memelihara ego. (Duh, ego... huhuhu menurutlah kau naak, bukan saya yang harus menurutimuu).
Layaknya seperti kuliah, materi-materi memang diberi, tetapi paham tidaknya? Ya, itu adalah jawaban juga untuk materi-materi kehidupan ini. Saya tidak tahu, sudah dapat paham atau belum. Rasa-rasanya masih kurang. Terus berusaha untuk belajar saja. Belajar dalam artian yang luas - bukan sekedar akademis.