14 February 2014

Hujan Abu, Salah Satu Imbas Letusan Gunung Kelud

Bencana di negriku ini kembali terjadi. Gunung Kelud meletus. Dari informasi yang aku dapat, gunung Kelud meletus kemarin malam sekitar pukul 22.49 WIB. 

Apakah ini merupakan peringatan, bencana, atau bahkan.. ah, tak mau aku mengira-ngira tentang "ini termasuk apa" di sini. Tiap manusia punya pandangan dan tanggapan yang berbeda-beda. Ambil saja hikmahnya. Karena memang, hanya Allah yang Maha Mengetahui segalanya dan sesungguhnya.

Depan Kontrakan Kakak di Jogja
Oke, ke pembahasan yang lain saja.
Luas. Ya, menurutku itu satu kata yang dapat mewakili dampak dari meletusnya gunung Kelud ini. Tadi pagi, ketika baru bangun, terdapat satu pesan dari kakakku yang di Jogja yang menanyakan apakah letusan gunung Kelud sampai Ngawi dan apakah juga hujan abu. Dan aku yang di Ngawi justru tidak merasakan apapun dan ketika aku langsung melihat keluar, hujan abu tidak aku rasakan dan dedaunan masih hijau saja. Emh, kok bisa ya? Padahal dari berbagai informasi yang aku dapat, di Jogja sudah hujan abu, begitu juga yang di Sragen, Klaten dan Jogorogo (salah satu daerah di Ngawi, tapi lebih selatan dari daerahku).

Hingga pada akhirnya, sekitar pukul 6, terlihat abu sedikit demi sedikit berjatuhan di luar rumah. Sepertinya semakin lama semakin deras. Kalau dilihat dari jaraknya, antara Kelud-Jogja dan Kelud-Ngawi, jelas saja dekat Kelud-Ngawi. Tapi kok yang merasakan lebih dahulu malah yang di Jogja? Emh, mungkin karena dipengaruhi oleh arah kali ya? letak Ngawi (tepatnya daerahku) itu letaknya lebih utara dibanding kota-kota yang sudah terkena hujan abu terlebih dahulu. 

Berikut ini adalah gambar-gambar yang telah aku abadikan tadi pagi di sekitar rumah. Dari jalan raya samping rumah yang terlihat mak kedul (kayak berasap) ketika ada kendaraan yang lewat-sampai belakang rumah yang daun-daunnya pun berubah menjadi putih-putih.
Jalan Samping Rumah (Jalan Raya Cepu) - Mak Kedul, tiap ada kendaraan lewat
Jejak Kaki pun Terlihat
Pohon Cabai yang Daunnya Memutih
Dedaunan di Belakang Rumah
Mungkin cukup itu saja gambar-gambar yang bisa aku bagikan disini. Dan saat aku menuliskan ini, sepertinya hujan abu disini sudah mulai reda, semoga di kota-kota lain juga. Aamiin.

Ohiya, pasti kita bisa lihat kan? berbagai hal tentang peristiwa ini dimana-mana, baik dari berbagai berita, tulisan, gambar atau bahkan merasakan sendiri secara langsung. Begitu besar kuasa Allah, begitu jelas kehendak Allah. Letusan satu gunung saja sudah berdampak/berimbas di tiga provinsi. Dan di dunia ini begitu banyak gunung, tak usah jauh-jauhlah, di negara kita saja sudah begitu banyak bahkan di satu pulau saja juga sudah banyak. Ah sudah, pikiranku sudah mau ber-gelayutan kemana-mana.

Semoga keadaan ini segera membaik, kita semua selalu diberi kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi berbagai aral rintang, terutama untuk semua korban letusan gunung Kelud saat ini dan semoga kita selalu mendapat hidayah-Nya. Aamiin.

12 February 2014

Antara (akan) Merindukan dan (akan) Menyesali

Aku terus berjalan mengikuti alur waktu ini. Aku akan meninggalkan saat ini. Perlahan tapi begitu cepat. Sering kali pikiranku tidak sejalan dengan alur waktu ini. Waktu begitu terus mendahuluinya. Dan "harap" adalah salah satu kekuatan untuk aku bisa berpikir. Berpikir apa yang aku lakukan saat ini, berpikir apa yang harus aku pikirkan. Tapi, apakah aku sudah menggunakan kekuatan "harap" ini? Emh, iya memang, "harap" ini sudah aku isi dengan peluru-peluru harapan hidup. Hidup sekarang dan hidup kedepannya. Ah, tapi aku sungguh lemah rasanya. Kekuatan ini sering kali tak aku gunakan. Jadinya pun pikiranku tertinggal oleh waktu. Sungguh, sebenarnya aku tak ingin "nanti" yang akan jadi "saat ini" itu akan ku sesali. Menyesali karena pikirku yang tertinggal, sehingga tak melakukan yang harus lakukan saat itu, menyia-nyikan sesuatu begitu saja, bahkan melakukan hal yang sia-sia.
 
Aku ingin, "saat nanti" itu selalu aku rindukan. Merindukan karena pikirku sejalan alur waktu - hidup saat itu berguna, menjadi manusia yang bemakna, tak melakukan hal yang sia-sia, dan selalu pada jalan Tuhanku.

Ya, kembali pada diriku - yang hanya sebatas manusia. Manusia yang tak luput dari kesalahan. Aku hanya ingin menuliskan dan menekankan, merindukan itu lebih enak dari pada menyesali. Tak ada salahnya kan, aku mempunyai suatu keinginan? Keinginan untuk saat nanti. Saat nanti yang bukan beberapa tahun lagi. Tapi saat nanti setelah detik demi detik dari saat ini, saat-saat yang akan selalu aku lewati.
back-to-top
Berteman