12 February 2014

Antara (akan) Merindukan dan (akan) Menyesali

Aku terus berjalan mengikuti alur waktu ini. Aku akan meninggalkan saat ini. Perlahan tapi begitu cepat. Sering kali pikiranku tidak sejalan dengan alur waktu ini. Waktu begitu terus mendahuluinya. Dan "harap" adalah salah satu kekuatan untuk aku bisa berpikir. Berpikir apa yang aku lakukan saat ini, berpikir apa yang harus aku pikirkan. Tapi, apakah aku sudah menggunakan kekuatan "harap" ini? Emh, iya memang, "harap" ini sudah aku isi dengan peluru-peluru harapan hidup. Hidup sekarang dan hidup kedepannya. Ah, tapi aku sungguh lemah rasanya. Kekuatan ini sering kali tak aku gunakan. Jadinya pun pikiranku tertinggal oleh waktu. Sungguh, sebenarnya aku tak ingin "nanti" yang akan jadi "saat ini" itu akan ku sesali. Menyesali karena pikirku yang tertinggal, sehingga tak melakukan yang harus lakukan saat itu, menyia-nyikan sesuatu begitu saja, bahkan melakukan hal yang sia-sia.
 
Aku ingin, "saat nanti" itu selalu aku rindukan. Merindukan karena pikirku sejalan alur waktu - hidup saat itu berguna, menjadi manusia yang bemakna, tak melakukan hal yang sia-sia, dan selalu pada jalan Tuhanku.

Ya, kembali pada diriku - yang hanya sebatas manusia. Manusia yang tak luput dari kesalahan. Aku hanya ingin menuliskan dan menekankan, merindukan itu lebih enak dari pada menyesali. Tak ada salahnya kan, aku mempunyai suatu keinginan? Keinginan untuk saat nanti. Saat nanti yang bukan beberapa tahun lagi. Tapi saat nanti setelah detik demi detik dari saat ini, saat-saat yang akan selalu aku lewati.

No comments:

Post a Comment

back-to-top
Berteman