(Minggu lalu) saya ingat beberapa cerita emh kejadian seperti ini:
1. Dulu waktu masih SMP awal-awal saya sering diantar Bapak ke sekolah. Dan pastinya ada beberapa teman yang mengetahui ketika saya diantar. Suatu ketika salah satu teman saya berkata,"We gak ngesakke po, mbendino kon ngeterke mbahmu ae? (Kamu nggak kasian apa, setiap hari minta diantar mbah kamu terus?"
1. Dulu waktu masih SMP awal-awal saya sering diantar Bapak ke sekolah. Dan pastinya ada beberapa teman yang mengetahui ketika saya diantar. Suatu ketika salah satu teman saya berkata,"We gak ngesakke po, mbendino kon ngeterke mbahmu ae? (Kamu nggak kasian apa, setiap hari minta diantar mbah kamu terus?"
"Iku bapakku yo -_- (Itu Bapakku ya)"
2. Suatu ketika saya pergi ke suatu toko peralatan motor bersama mas Dwi (kakak kedua saya). Karena niatnya cuma sebentar, saya hanya nunggu di dekat motor yang memang cuaca waktu itu agak panas. Eh, tiba-tiba ada tukang parkir bilang begini,"Nduk, melu bapak e iku lo.. panas neng kono (Nduk, ikut bapaknya itu lo..panas di situ.)". Dan saya hanya tersenyum lalu mas Dwi juga tahu dan akhirnya kita saling ketawa. Haha. *Karena ternyata lama, saya akhirnya ikut (yang dikira) bapak saya :v
3. Sekitar dua tahun yang lalu, saya pulang ke Ngawi bersama keluarga mas Eko (kakak pertama saya). Karena ponakan yang masih kecil juga ikut, kami berencana untuk kesana naik kereta api. Untuk menuju stasiun, kami naik taksi terlebih dahulu (karena kalau naik motor, biaya penitipan untuk beberapa hari lebih mahal daripada naik taksi). Waktu di dalam taksi, mas Eko ngobrol sama supir taksi. Terus tiba-tiba supir taksinya tanya gini, "Itu yang anak pertama, SMP kelas berapa pak?" Haha, pengen ketawa. Saya sudah kuliah semester tiga tapi dikira masih SMP. Langsung saja mas Eko menjawab,"Hha, itu adik saya pak. Udah kuliah semester 3". "Oh, saya kira kakaknya yang kecil ini" Balas bapak supir taksi sambil nunjuk Arham - ponakan saya.
4. Kamis minggu lalu baru saja pulang ke Ngawi. Malam Sabtunya ke dokter gigi sama mas Dwi. Ketika nunggu antrian, ada seorang bapak-bapak yang juga nunggu antrian ngobrol sama mas Dwi. Kemudian setelah melihat saya yang duduk di samping mas, bapak itu langsung tanya,"Putrone pak? (Anaknya pak?)" Hhe, lagi-lagi saya pengen ketawa. "Mboten, adek kula niki (Bukan, adik saya ini.)".
5. Sabtu minggu kemarin, Bapak Presiden sepertinya akan sedang melakukan perjalanan menuju Bojonegoro. Sehingga Bapak Presiden akan melewati depan rumah. Banyak polisi yang menjaga jalan. Karena masih menunggu, beberapa pollisi beristirahat di depan rumah dan nunut sholat di rumah. Kebetulan waktu itu yang di rumah hanya saya dan Bapak. Ketika salah satu polisi mau ke belakang untuk wudhu (sambil diantar bapak), polisi itu melihat saya. Langsung saja polisi itu tanya ke Bapak, "Wayahipun pak? (Cucunya pak?)", Bapak langsung ketawa, "Hha, niki putro pak. Sing paling alit. (Ini anak pak, yang paling kecil.)". "Oh, Kelas pinten? (Kelas berapa?)". "Sampun kuliah semester 6 e (Udah kuliah semester 6)".. dst (Kalau diterusin jadi di luar topik :v )
Nggak tau, saya harus sedih apa senang. Yang bikin sedih itu yaa... :| Ah sudah, biasa saja.
No comments:
Post a Comment