26 August 2019

Malam Jum'at di Bulan Juli

Malam Jum'at di bulan Juli. Tak ada rencana pulang untuk Jumat besoknya, karena hari Sabtu saya mau ikut pelayanan mobil keliling. Lalu ada teman 'bermain' mengajak untuk latihan, saya mengiyakan saja. Toh saya pikir Jum'at malam besok saya nggak ada acara.

Malam Jum'at di bulan Juli, tepatnya malam tanggal 12 Juli 2019. Pada penghujung hari, sekitar jam 11 malam, ada kiriman video dari mas di salah satu grup WA keluarga mbah. Tampak sebagian besar sedang berkumpul bersama di rumah bupuh di Geneng - persiapan mengantarkan keluarga kalimantan untuk kembali esok hari, tampak juga bapak, ibu, dan mbak di sana. Ah, sayangnya saya tidak bisa ikut di sana.

Usai melihat kiriman video tadi, saya tidur. Lelap sampai sekitar jam setengah lima. Mimpi? Iya, lumayan jelas dan saya masih sedikit ingat sampai sekarang, tapi mimpi itu... ah anggaplah sangat "aneh", sedikit nyambung dengan pesan WA yang dikirim mbak sekitar jam 2 malam. Iya pesan WA dini hari. Usai bangun, saya masih terbayang mimpi barusan yang sangat jelas, lalu saya anggap mimpi lalu dan bergegas melihat HP untuk melihat jam. Dan ternyata ada pesan WA dari mbak yang nyambung tadi. Saya baca berulang-ulang. Masih tenang dan berharap saya salah baca. Berkali-kali baca rasanya saya tak salah baca. Tangan saya bergetar. Membalas dengan suatu pertanyaan yang sepertinya sudah jelas jawabannya. 

Byar! Saya menangis sejadi-jadinya. Mungkin orang lain kan menganggap berlebihan. Tapi inilah saya. Saya yang cengeng, mudah perasa, apalagi terhadap orang terdekat. Segera saya bangun, subuh sampai segala persiapan berangkat kerja dengan air mata yang susah dikendalikan. Terus berupaya menata hati dan menguatkan diri tapi masih terasa sulit. Usai siap semua, saya menata segala persiapan untuk pulang langsung usai kerja nanti. Saya urungkan untuk ikut pelayanan mobil keliling  hari sabtu esoknya, saya batalkan pula latihan dengan teman saya nanti malamnya. Dalam pikiran saya hanya ingin segera pulang. Bukan pulang ke rumah, tetapi ke suatu tempat. 
...
Saat menulis ini, saya sudah mulai tatak. (Sebenarnya) ada sedikit cerita tentang bagaimana saya yang mungkin sedang rapuh saat itu, perlahan berubah menjadi lebih sedikit kuat, dan (harus) mandiri. Ada mereka-mereka yang ikut berperan dalam hal ini. Namun berhubung cerita saya bersama mereka belum selesai, saya urungkan untuk menulisnya.

Dan... Menerima perubahan, ketidakbiasaan itu (memang) butuh proses. Ada yang langsung bisa, ada yang harus terjatuh dulu. Tapi kita harus segera sadar, kita harus tetap "berjalan". Maafkan saya yang waktu itu mudah rapuh.

Jangan lupa untuk selalu berdo'a. 
Semoga Bapak kembali sehat seperti biasanya. Semoga Ibu Bapak senantiasa diberi kesehatan dan umur panjang. Aamiin.

No comments:

Post a Comment

back-to-top
Berteman