Dan pada akhirnya, berangkat. Ehhe.
Akhir-akhir ini keinginan saya sedang tidak biasa. Selagi itu bisa dan baik serta membuat saya lebih senang, kenapa tidak saya lakukan?
Ok, back to Sarangan.
Terakhir ke sana, tahun 2018. Masih ingat pagi-pagi setelah wawancara kerja di RS, langsung ke sana. Masih ingat juga sangat dinginnya waktu itu tanpa jaket dan hanya memakai batik yang tidak tebal.
Alhamdulillaah, 2023 masih bisa kembali ke sini. Dengan tambahan satu ponakan, bukan tambahan lainnya (Emh). Bedanya, kali ini walaupun hanya sebentar (karena sampai sana sudah waktu Ashar), tetapi disempatkan untuk naik kapal dan naik kuda. Selain itu suhu di sana waktu itu tidak sedingin dulu.
Kami tidak semua naik kapal, melainkan hanya saya, ibu, kakak, dan kedua ponakan. Bapak dan istrinya kakak hanya menunggu di pinggir telaga.
Saya cukup menikmati naik kapal ini. Sambil sesekali memotret perpaduan air, langit, dan gunung. Walau air saat itu sedang tinggi dan ombaknya sedikit terlihat, tetapi alhamdulilllaah masih aman. Ohiya tarif sekali putaran waktu itu adalah 80.000. Jika ingin 3x putaran, tarifnya 200.000. Bagian yang tidak enak dari naik kapal ini adalah ketika turun dari kapal. Rasanya itu seperti melayang (wkwk maaf ini berlebihan).
Kemudian setelah itu, saya menawarkan jika ada yang ingin naik kuda, soalnya saya kepengen, tetapi tidak mau sendiri haha. Ponakan yang besar, tidak berani. Malah akhirnya ponakan kecil yang mau. Akhirnya kami sajalah yang naik. Dan ternyata... bagi orang yang takut ketinggian, awal-awalnya itu agak "seram" juga.
Dan ternyata, kelilingnya lumayan jauh. Sampai menyadari ada suatu titik yang berlawanan dari titik awal ketika sampai telaga Sarangan yang sangat sepi. Beda sekali dengan titik awal yang kami tempati dekat parkiran, sangat ramai. Tetapi ya memang butuh effort lebih sih untuk ke sana. Tapi jujur, yang auto kepikiran ketika naik kuda itu kasihan kuda dan bapak yang megangi kudanya. Kudanya kasihan karena harus berjalan dan menanggung beban, kalau bapaknya kasihan karena harus berjalan sambil menjaga dan mengarahkan kuda. Dan untuk tarif satu putaran ini adalah 70.000. Dan jika saya ada kesempatan lagi untuk ke Telaga Sarangan ini, maka saya akan lebih memilih untuk naik kapal saja. Ehehe.
Setelah itu, kami langsung persiapan pulang, karena parkiran hanya dibatasi sampai jam 5 sore saja. Selain itu kami harus ke Madiun dulu juga karena (hanya untuk) mau mengambil seragam saya yang masih di sana. Siang sebelum berangkat, ada pengumuman di grup kantor kalau hari Senin pakai seragam Korpri. Dan saya waktu itu belum bawa di Ngawi. Hingga pada akhirnya, sekitar Margrib, kami sampai di Madiun. Semua naik ke kos saya untuk Maghrib dan mandi sekalian. Sembari menunggu giliran, bisa bersitirahat dan saya menyiapkan seragam yang akan saya pakai besok. Hingga pada akhirnya waktu Isya tiba, ada yang sholat dulu lalu persiapan pulang. Sebelum pulang, karena hari sudah malam, saya menawarkan untuk makan di Madiun saja. Menimbang makanan yang kira-kira cocok ke semua keluarga, dan tempat serta akses yang memudahkan Bapak berjalan (Bapak pasca stroke, alhamdulillaah sudah bisa berjalan walau belum 100% normal). Akhirnya kami memutuskan untuk ke sejenis cafe yang kadang saya kunjungi bersama teman-teman kantor, yaitu di Semangkok (Ejji). Kebetulan ponakan waktu itu sedang rewel ingin Mix*e, akhirnya saya nego dengan minuman di sini dan berhasil. Hehe.
Alhamdulillaah, makanan dan minumannya cocok semua. Setelah itu kami segera pulang. bersiap kembali ke aktivitas masing-masing pada hari esok.
Dan saya masih sedang berusaha untuk mencari kebahagiaan di balik seuatu yang harus saya hadapi akhir-akhir ini. Semoga keluarga senang dapat menularkan kebahagiaannya pada saya :")
No comments:
Post a Comment